Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bertatapan Dengan Siluman Anjing

Siluman Anjing

Siluman Anjing

Malam itu orang-orang masih berkumpul sambil berbincang-bincang di keluarga pak Tamim. Pak Tamim adalah warga desa "K", yang mana desa tersebut sama seperti desa-desa pada umumnya. Jika ada yang sedang mengadakan acara atau hajatan, pastilah seluruh tetangganya akan ikut meramaikan rumah si pemilik hajatan. Kebiasaan orang desa tersebut sering disebut "melekan" dalam bahasa Jawa daerah setempat.

Waktu itu umurku sekitar 9 tahun, aku masih mengingat kejadian ini dengan begitu jelas, karena hal ini baru pertama kalinya aku alami. Acara "melekan" ini biasanya berlangsung cukup lama bahkan bisa sampai jam 3 dini hari.

Untuk anak seusiaku tentulah aku tidak akan kuat terjaga sampai selarut itu. Bahkan, waktu itu aku sudah tertidur sekitar pukul 9 malam. Akupun sempat tidur di rumah pak Tamam. Namun saat itu tidurku tak begitu nyenyak karena pastilah rumah pak Tamam ramai dengan para orang-orang yang berbincang-bincang.

Akhirnya akupun terbangun sekitar jam 10 malam. Ibuku yang saat itu tengah sibuk membantu berbagai hal di rumah pak Tamam, kemudian menyuruhku untuk pulang lebih dulu. Mungkin beliau juga kasihan melihatku yang tak bisa tertidur pulas karena suara ramai. Namun, karena beliau sedang sibuk maka akupun disuruh untuk pulang sendirian.

Karena pak Tamim itu masih keluargaku jadi aku diajak ibuku untuk menengok ke acara pak Tamim. Ibuku pun ikut membantu-bantu disana seperti menyuguhkan makanan, memasak untuk acara dan juga sekadar mengobrol dengan para tamu pak Tamim yang juga masih tetanggaku. Karena rumahku dan pak Tamim tak begitu jauh hanya berjarak sekitar 100 m. 

Kami tinggal di desa yang cukup ramai penduduknya sehingga jarak antar rumah warga satu dengan yang lain saling berdekatan. Jadi desaku itu tak begitu terlihat sepi-sepi sekali makanya anak-anak kecil ketika malam tidak perlu takut untuk keluar rumah, sekadar bermain dengan tetangganya, ataupun ingin main ke rumah tetangga yang lain.

Karena jarak rumah pak Tamam dan rumahku tak begitu jauh, akupun mengiyakan perintah ibuku. Kemudian aku berjalan kaki menuju kerumah sendirian. Karena sudah terbiasa jadi akupun tidak merasakan takut ataupun bagaimana. Malah justru aku berjalan santai menyusuri jalan di kampungku yang pastinya sudah sepi, tak ada orang yang berlalu lalang seperti biasanya. Tentunya para warga desaku semuanya berkumpul di rumahnya pak Tamam.

Waktu aku baru setengah perjalanan aku di kagetkan dengan suara lolongan anjing. Seketika aku berhenti sambil nengok kesana sini untuk mencari dimana sumber suara anjing tersebut. Dengan masih clingak clinguk aku pun mulai berjalan pelan sambil mencari-cari sumber suara lolongan anjing tersebut. Karena waktu itu yang ada difikiranku, takutnya karena ada anjing dan aku takut jika digigit, kan ngeri ya... maka dari itu akupun berjalan sngat pelan sambil was-was memperhatikan sekitar.

Saat aku sampai didekat rumah tetanggaku yang disebelahnya terdapat jalan masuk ke rumah warga, aku di kagetkan dengan adanya anjing yang sedang menggonggongi sesuatu. 

Namun karena jalan tersebut waktu itu sangatlah gelap, karena belum adanya lampu yang dipasang akupun tidak dapat melihat apa yang tengah digonggongi anjing tersebut. Karena shok akupun tak mampu teriak ataupun lari, melainkan diam mematung. Disaat terdiam itu pula aku juga ikut memperhatikan kearah jalan yang gelap itu. 

Karena anjing yang menggonggong tersebut terlihat nyata jadi aku belum takut saat itu. Malah yang ada difikiranku justru penasaran apa yang membuat anjing tersebut menggogong. Sampai selang beberapa saat ada kali 5-10 menitan aku terdiam sambil memperhatikan kearah jalan tersebut. Sampai anjing tersebut lari menjauh dari jalan gelap itu, aku yang kaget ikutan menjauh dong.

Tiba-tiba ada seekor anjing lainnya yang menurutku itu anjing gak normal, karena ukurannya yang begitu besar dan warnanya yang begitu gelap, serta sangat berbeda dengan anjing pada umunya. Apalagi dibandingkan dengan anjing yang pertama, yang mana ukurannya itu normal seperti anjing biasa.

Namun saat itu aku masih menganggabnya anjing biasa karena aku hanya melihat bagian sampingnya aja tuh. 

Sampai akhirnya anjing tersebut kejar-kejaran dan saling menggonggong satu sama lain. Namun anehnya, anjing yang satunya/anjing besar tersebut jarang menggonggol seringnya menggeram, dan geramannya itu cukup membuatku merinding ketakutan.

Aku yang waktu itu gak bisa apa-apa, ya... hanya melihat kejadian tersebut. Dimana kedua ajing itu seakan sedang saling bertengkar satu sama lain, namun pada akhirnya anjng yang kecil (yang pertama) itupun mulai tenang dan perlahan pergi menjauh dari anjing besar tersebut. Aku yang menyaksikan kejadian tersebut hanya terdiam sambil memerhatikan.

Anjing besar (siluman anjing) itu sepertinya tau kalau dia tengah ada yang memerhatikan, dan tiba-tiba... seketika ajing tersebut menoleh kearahku yang ikut terkaget karena tolehan anjing tersebut. Karena saat itu aku baru tau bahwa anjing besar itu memiliki mata yang merah menyala. 

Seketika kakiku lemas saat menatap mata merah anjing tersebut. Entah kenapa kakiku saat itu lemas sampai-sampai aku tak mampu untuk berlari. Tak sampai disitu saja kengeriannya, anjing tersebut juga berjalan pelan kearahku, sambil menatapku tanpa berkedip. Aku yang tak bisa berfikir apa-apa hanya diam membisu sambil berdo'a segala macam bacaan yang aku bisa. namun karena aku masih kecil tentu surat-surat yang aku hafal tak banyak.

Disaat itulah aku baru menyadari bahwa anjing besar itu merupakan siluman anjing.

Siluman anjing itu mulai mendekat kearahku sampai akhirnya jarak kami hanya sekitar 2 m an, cukup lama kami saling pandang tanpa berkedip sekdikitpun. Akupun semakin lemas ketika memerhatikan wajah siluman anjing tersebut, karena anjing tersebut bukan hanya ukurannya yang tak normal melainkan wajahnya pun sangat mengerikan terlihat galak dengan taringnya yang begitu panjang. Namun setelah beberapaa saat saling pandang akupun mengkedipan mataku, dan saat aku selesai mengkedipkan mata, siluman anjing tersebut mulai berjalan menajuhiku. Aku yang merasa lega saat itu berasa memiliki kekuatan kembali.

Kemudian anjing tersebut menghilang didalam kegelapan jalan tersebut, selang sekitar setengah jam aku menunggu sambil memerhatikan mencari kemana perginya anjing tersebut, pada akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk pulang kerumah. Sesampainya dirumah ada bapakku disana yang memang beliau belum pergi kerumah pak Tamam, dan akupun mulai menceritakan ke bapakku tentang kejadian tersebut.

Bapakku mulai menjelaskan, kemungkinan siluman anjing tersebut merupakan jelmaan orang yang mencari ilmu, karena pada saat itu masih banyak orang-orang yang mencari ilmu hitam. Bapakku juga menjelaskan mungkin saja anjng tersebut jelmaan orang yang mengambil pesugihan karena memang di desaku waktu itu masih banyak sekali orang kaya yang kekayaannya itu berasal dari pesugihan, ditambah lagi pada malam itu ada warga yang tengah mengadakan hajatan jadi orang-orang yang melakukan pesugihan biasaanya akan mengambil keuntungan untuk mengadakan ritualnya.

Setelah kejadian itu, akupun demam, namun karena bapakku tau aku habis mengalami kejadian tersebut, beliau meminta air ke pak ustad yang sudah dibacakan do'a. Takutnya aku nanti dijadikan tumbal ataupun hal buruk lainnya karena sudah melihat sesuatu yang tak semestinya aku lihat.

Post a Comment for "Bertatapan Dengan Siluman Anjing"