Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gangguan Saat Kemah Di Bumi Perkemahan

Gangguan di perkemahan


GANGGUAN SAAT KEMAH DI REMBANG

Siang itu aku dan anggota reguku tengah sibuk mendirikan tenda. Jumlah anggota dalam reguku ada 12 orang, kami merupakan teman akrab di sekolah. 

Kala itu kami tengah mengikuti kemah persami yang diadakan di kota "R" yang ada di Jawa Tengah, tepatnya disebuah taman yang biasanya memang difungsikan untuk acara perkemahan.

Saat kami tiba di lokasi tersebut, ada sekolah lain yang lebih dulu menggunakan lokasi itu. Lokasi yang akan kami tempati itu memang berada di pojok taman perkemahan jadi kanan kiri depan belakangnya sudah hutan yang tidak digunakan untuk kegiatan sama sekali.

Tamannya sangat luas, bahkan di sepanjang jalan menuju lokasi berkemah, kami juga melewati lokasi perkemahan dari sekolah lainya. Untuk jarak dari setiap titik lokasi berkemah antar sekolah cukup jauh. Dan di setiap lokasi yang digunakan untuk berkemah pasti ada pendoponya, yang bisa digunakan untuk berteduh dan beberapa acara lainnya yang membutuhkan ruangan. Biasanya juga pendopo itu digunakan untuk para kakak-kakak pembina pramuka atau para guru-guru yang ikut dalam kegiatan perkemahan.

Aku merupakan seorang siswi kelas 2 di suatu SMK, SMK ku itu berlatar belakang yayasan Islam, bahkan memiliki pondok pesantren juga. Jadi untuk cowok cewek itu gak boleh bercampur. Oleh karena itu untuk tenda cewek ada di sisi sebelah kiri, dan cowok ada di sebalah kanan. Sedangkan pendoponya itu ada di tengah antara tenda cewek dan cowok, sehingga membentuk huruf U.

Di hari pertama semua acaranya lancar, namun menjelang sore tiba-tiba awan mendung. Dan kami diintruksikan untuk mempersiapkan jika terjadi hujan, seperti barang-barang yang mudah basah diminta untuk dipindahkan ke pendopo saja.

Magrib pun tiba, sudah pasti gelap gulita karena cahaya di lokasi tersebut hanya berasal dari pendopo. Kamipun melaksanakan shalat berjama'ah di tengah lapangan yang di alasi oleh tikar yang disediakan oleh pihak sekolah. Sehabis shalat kami diminta untuk makan dan akan ada pembekalan dan game setelahnya. 

Untuk acara malam itu, diagendakan selesai pukul 9, dan kami diberi waktu 1 jam untuk jam bebasnya. Kami bebas mau makan, bertegur sapa dengan teman, atau melakukan hal lainnya. Itu diperbolehkan selama tidak keluar dari area perkemahan kami.

Menjelang pukul 10 malam, tiba-tiba angin berhembus lumayan kencang. Kami pun diminta untuk segera masuk kedalam tenda masing-masing dan beristirahat. Setelah kami semua masuk tenda, gerimispun turun.

Kami disibukkan untuk mengamankan barang yang masih ada di tenda. Karena hujan yang turun lumayan deras, dan kebetulan tenda yang reguku dapatkan bukan tenda yang anti air. Meskipun sudah kami tutupi dengan terpal dibagian sisi atasnya, tetapi air hujan itu masih bisa ngrembes dari bagian bawah tenda dan samping tenda.

"Untuk regu yang tendanya basah, bisa masuk mengungsi ke pendopo". Ucap kakak pembina dengan pengeras suara

Aku dan reguku kemudian menuju pendopo. 

Di pendopo itu hanya ada beberapa anak saja, karena hanya ada 2 tenda yang memenag tidak anti air. Salah satunya adalah reguku dan regu cowok yang jurusannya berbeda denganku. Sedangkan untuk regu yang lainnya tetap aman di lapangan karena mereka mendapatkan tenda anti air. 

Selang beberapa waktu setelah hujan turun, sudah ada beberapa regu lain yang berada di pendopo itu.

Jam menunjukan pukul setangah 11 waktu itu, aku dan reguku belum bisa tidur jadi kami memutuskan berbincang-bincang di pelataran pendopo dengan guru dari jurusan MM (multimedia).

Oh ya, di sekolahku waktu itu baru ada 2 jurusan karena sekolahnya baru berdiri beberapa tahun. Jurusannya itu MM (multi media) dan farmasi. Nah, aku anak Farmasi.

Saat aku dan teman-temanku tengah bercanda dengan pak "Dani" (nama samaran) beliau iseng memotret kami.

Karena beliau masih mida jadi kami bisa becanda santai.

Waktu itu beliau iseng memotret ketiga temanku si "A", "S" dan "M". Mereka bercanda, dengan berpose yang nyleneh-nyleneh, bahkan pak Dani iseng memotret mereka yang tengah mlongo, ataupun hal konyol lainnya. 

Namun di tengah-tengah bercandaan itu, pak Dani yang biasanya sehabis memotret tertawa dan tersenyum tiba-tiba beliau terdiam. Sambil mengamati gambar yang ada di kameranya kemudian menatap ketiga temanku. Dengan wajah yang serius.

Kami yang melihat perubahan itu, kamipun terdiam dan bertanya kepada beliau. 

" ada apa pak? Kok diam, "

Beliau menjawab dengan muka yang serius 

" gak ada apa-apa, terus beliau mulai sambil panik gitu"

Teman-temanku yang penasaran, dan aku yang mendengarkan percapakan mereka itu mulai penasaran, dan temanku mulai mendesak pak Dani untuk menceritakan. 

Kemudian beliau menghelas nafas panjang dan bilang kalau ada sesuatu yang gak seharusnya ada, dan beliau pun menunjukan hasil foto yang tadi habis di ambil beliau. 

Teman-temanku yang melihat itu, berteriak kaget. Hingga membuat orang-orang yang ada di pendopo itu nengok semua kearah kami. 

Karena foto yang ditunujukan pak Dani itu, bukan foto mereka melainkan foto sosok 3 kuntilanak yang menurut temanku  menakutkan banget.

Pak Dani kemudian dengan sigap bilang ke temanku untuk diam, dan jangan keras-keras ngomongin hal itu.

Temanku waktu itu masih mengira bahwa pak Dani tengah mengerjai mereka, karena kan pak Dani Guru MM1 yang pasti bisa ngedit-ngedit foto.

Namun, disitu pak Dani menegaskan bahwa beliau gak ngedit, dan foto itu juga hasil jepretan yang barusan dilakukan beliau. 

Karena kejadian itu, beliau berpesab untuk jangan bercerita ke anak-anak lain agar gak terjadi keributan. Dan pak Dani memutuskan untuk menemui ketua acara. Dan setelah itu, kemudian pihak sekolah meminta agar semua anak-anak yang masih ada di tenda untuk masuk kedalam pendopo semua dengan alasan hujan.

Setelah kami berkumpul di pendopo semua kami pun diminta untuk membaca do'a bersama-sama  dengan alasan untuk keslamatan.

Meskipun hujan sudah berhenti namun anak-anak tidak diperbolehkan untuk balik ketenda.

Menjelang jam setengah 12 kami diminta untuk tidur, karena tepat pukul 12 nanti, semua lampu akann dimatikan, karena begitulah aturannya dari pihak pengelola taman itu.

Disaat yang lain mulai tertidur aku dan temanku "S" tidak bisa tidur, dan karena kami tadi sore belum mandi, karena antriannya yang panjang saat itu si S mengajakku untuk mandi sekalian buang air kecil. Namun karena sudah menjelang jam 12 kamipun agak sedikit ragu.

Dan akhirnya si S itu memohon dan sedikit memaksaku, jadi mau tidak mau ya aku nurutin dia.

Akhirnya kamipun mandi bareng dengan aturan saling membelakangi, karena malu jika saling liat-liatan. 

Kami hanya di terangi oleh 2 senter kecil yang kami bawa waktu itu, karena kami di wajibkan membawa senter masing-masing saat acara.

Kamipun mulai mendekat kearah kamar mandi, dan saat akan sampai di kamar mandi akupun merasakan gak enak banget hawanya. 

Namun aku memutuskan untuk gak cerita ke S, dan bener aja..

Saat aku dan S mulai mendekat ke lorong kamar mandi, aku ngeliat ada sosok tinggi gede item yang ada di sisi sebelah kiri pintu kamar mandi sebelah kiri

Nah meskipun si S gak ngeliat sosok itu, dia memilih KM yang sebelah kanan.

Waktu itu aku hanya bisa merundukan kepala, dan hanya menyeter kearah kaki kami saja. Sakit takutnya, kakiku gemeter saat mulai mendekati sosok itu, saat mau masuk ke KM. 

Setelah kami masuk ke kamar mandi kamipun mulai mandi dengan saling membelakangi dan bergantian memakai gayung. 

Seusai mandi aku yang sambik was was, takut kalau sosok itu masih ada, namun saat S membuka pintu, ternyata sosok itu sudah gak ada. Agak sedikit lega aku saat itu.

Kejadian berikutnya saat kami melewati lorong saat menuju ruang untuk kami beristirahat. 

Dilorong tersebut ada jendela yang memang gk ada tutupnya, jadi dibiarkan bolong gitu aja.

Dan saat akan melewati jendela itu, ada sosok kuntilanak yang ngeliatin kita.

Aku merundukan kepala lagi, sambil nahan takut. 

Saat aku ngelewatin itu jendela bulukuduk ku berdiri semua, dan kaki ini rasanya lemes banget, asli tulangku aja rasanya gak kuat nopang badan. 

Sambil gemeter, aku membaca bacaan surat-surat yang aku hafal.

Nah, S kayaknya tau ada sesuatu yang gak beres, saat aku mulai megang tangannya kenceng,  dan dia pun mulai mempercepat langkah kakinya, sambil narik aku. 

Sampai di ruangan si S tanya ke aku, " kamu kenapa? Ada sesuatu ya ?"

Aku yang masih ketakutan cuma bisa bilang, "dah ayo tidur, besok-besok aja ceritanya"

Malam itu aku mencoba tidur, meskioun susah tapi aku paksain untuk merem. 

Sampai akhirnya aku tertidur dan disitu aku mimpi diketawain kuntilanak yang lagi duduk diatas pohon, dan setelah tertawa itu, dia melototin aku dengan wajahnya yang serem.

Seketika aku bangun, dan saat bangun aku yang masih terengah-engah mencoba memerhatikan ruangan sekitar, dan lagi-lagi sosok tinggi besar item itu ada dipjokan ruangan itu. 

Karena aku takut kemudian aku memutuskan membelakangi sosok itu, dan mulai meremas baju si S yang kebetulan tidur disampingku.

Sambil nahan takut aku baca-bacaan surat yang aku hafal, sampai akhirnya ketiduran lagi.  

Kami semua di bangunkan oleh kakak pembina saat adzan subuh berkumandang, kami akan melaksanakan shalat jamaah lagi.

Dihari kedua, siangnya kami melaksanakan semua kegiatan persami, dan nanti malam agendanya kami akan melakukan jurit malam. 

Saat jurit malam itu, hal aneh pun aku dan reguku alami. 

Saat itu kami mendapat giliran jalan yang ke 9 dari 12 regu putri, karena siswi putri yang harus jalan duluan dan putra setelahnya.

Jeda antar kelompok itu ada sekitar 50 meteran dari kelompok lainnya. 

Namun karena itu malam hari dan gelap jadi kelompok yang halan sebelum kelompokku itu sudah gak keliatan. 

Yang kuingat setelah jalan sekitar 100 m kami melihat kakak pembina yang sengaja duduk di tengah jalan. Dan setelah itu ada jalan turunan. 

Kebetulan aku berada di barisan paling belakang saat itu, dan si S yang memang ketua regu dia dipaling depan.

Kami diminta untuk saling pegang oundak teman yang ada di depan, dan gk boleh nengok ke kanan dan kekiri apalagi kebelakang. Kami hanya boleh melihat langkah kaki teman yang ada didepan. 

Jadi kami harus ngikutin arahan dari ketua regu. 

Namum hal aneh mulai kami rasakan karena serelah jalan turunam itu, jalanan mulai agak berbeda hanya itu mulai dingin dan sepi banget, yang awalnya kami masih mendengar langkah kaki dari kelompok lain ini itu kami gak denger apa-apa.

Bahkan suara jangkrik pun gak kedengeran, aku yang mulai ngerasa aneh mulai melihat kedepan untuk mastiin bahwa reguku baik-baik aja.

Namun saat aku mulai melihat kedepan diekor mataku sebelah kanan ngeliata ada sosok item yang beridiri di tengah semak-semak. 

Aku pikir itu kakak pembina, jadi aku merundukan kepala lagi.

Namun, setelah itu reguku nglewatin jalan yang penuh semak-semak dan itu jalan kayak gak pernah di lewatin orang sama sekali.

Jalanannya itu penuh semak, dan menurun sampai akhirnya ada salah satu temenku yang keplese dan agak jatuh, namun masih bisa berdiri lagi. 

Dan karena kejadian itu, aku nengok ngeliat kedepan untuk melihat temenku. 

Namun saat itu, aku juga melihat ada orang yang berdiri di deket pohon, karena gk kepikiran apa-apa ya aku fikir itu kakak pembina. 

Setelah memastikan temenku itu gk kenapa-kenapa kamioun melanjutkan berjalan. 

Namun aku yang ngerasa bahwa waktu itu sudah aneh banget, sambil berjalan aku membaca do'a dalam hati, cukup lama kami berjalan mengikuti si S.

Namun di sepanjang perjalanan itu, kami gak ketemu satu regu lainnya, bahkan suara langkah kaki orang  aja kita gak denger. 

Dan di tambah karena kejadian temnku yang keplese itu, si S jadi kehilangan regu yang tadinya ada di depan kami, yang si S ikutin. 

Dengan kondisi yang lemah dan capek kami masih menyusuri jalanan itu.

Dan tiba-tiba dari arah atas semak-semak yang ada di sisi kanan ada suara...

suttttttttt... sutttttttt... suttttttt, dan kami reflek menoleh kearah suara itu, dan ternyata itu kakak pembina, yang kemudian menyuruh kami berhenti dulu.

Kemudian, beliau mendekati kami, dan bilang ikuti kakak, dan jangan berhenti berdo'a, fikirannya jangan kosong, faham? 

Kami menjawab faham dengan serentak dan kemudian berjalan lagi untuk mengikuti kakak pembina itu. 

Kami berjalan gak begitu lama, aku rasa cuma jalan sekitar 100 meteran kami sampai di tengah lapangan, dan disana sudah banyak regu lain yang sampai.

Dan yang membuatku berfikir keras adalah, sudah banyak regu cowok yang sudah sampai, ada kali 10 regu cowok yang sudah ada di lapangan itu. 

Reguku diminta untuk duduk yang agak jauh dari regu cewek lainnya, kemudian ketua pembina waktu itu, nyamperin ke reguku dan bertanya pada kami.

"Kalian tersesat ya?"

Si S menjawab " gak pak... kami ngikutin regu yang ada didepan kami kok pak" 

"Mana ada, orang kalian itu keluar jalur kok, dan regu yang ada didepan kalian saat ku tanya gak ngelihat kelompokmu sama sekali" 

"Si S ngotot, itu beneran regu si T pak yang ada didepan kami saat itu, kami hanya terpisah saat si C terjaruh"  (ujar si S sambil menyakinkan pak ketua pembina)

Kemudian ketua pembina memberikan kami minuman, sambil mencoba mengecek si C takut ada yang kesleo atau terluka.

Seharusnya ada renungan malam, setelah acara jalan malam itu, namun karena ada kejadian yang tak terduga terjadi di reguku.

Kami pun dipulangkan ke tenda lebih awal. Setelah melakukan do'a bersama. 

Paginya kami diminta untuk menuju kelapangan dan berkumpul untuk upacara penutupan kegiatan.

Dan disitu aku baru tahu bahwa jalan yang tadi malam kami lewati itu memang bukan jalan yang semestinya melainkan pinggir jurang yang mana disebalahnya itu langsung sungai. 

Karena jalan yang semestinya harus kami lewati itu ya jalan setapak yang ada di atas lerengan jurang tersebut.  

Aku bisa mengetahui hal tersebut dikarenakan jalan menuju lapangan itu adalah jalur yang tadi malam kami lalu untuk acara jalan malam.

Dan akupun baru sasar bahwa sosok yang aku kira kakak pembina itu ternyata bukan orang. Karena pohon yang tadi malam aku lihat ada kakak pembina berdiri di sebelahnya itu, ternyata berada di pinggir jurang dan di bawahnya langsung jurang yang ada sungai di bawahnya.

Dan gak mungkin ada orang yang bisa berdiri di dekat pohon itu, kecuali dia melayang. 

Semua itu, terlihat jelas dari atas jalan setapak yang kami lewati.






Post a Comment for "Gangguan Saat Kemah Di Bumi Perkemahan"